Komposisi Herbibet

Gula Darah Keluarga - Herbibet ini mengandung beberapa macam jenis daun dan rempah seperti; Alsthoniae CortexTinospora caulis, Curcuma aeruginosaerhizome, Andrographidis herba, Orthosiphonis folium, Blumeae Folium, phaleria macrocarpa fructus dan sebagainya hingga 100%.
  • Alsthoniae Cortex 
Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.

Sumber: http://www.riyawan.com/2014/07/alstoniae-cortex.html
Konten ini adalah milik dan hak cipta riyawan.com, harap mencantumkan link sumber jika ingin mengcopy atau menyebarluaskan
 Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.
Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.

Sumber: http://www.riyawan.com/2014/07/alstoniae-cortex.html
Konten ini adalah milik dan hak cipta riyawan.com, harap mencantumkan link sumber jika ingin mengcopy atau menyebarluaskan
Pulai adalah nama pohon dengan nama botani Alstonia scholaris. pohon ini dari jenis tanaman keras yang hidup di pulau Jawa dan Sumatra. Dikenal juga dengan nama lokal pule, kayu gabus, lame, lamo dan jelutung. kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena kayunya mudah melengkung jika lembap, tapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga dari kayu dan ukiran serta patung. Pohon ini banyak digunakan untuk penghijauan karena daunnya hijau mengkilat, rimbun dan melebar ke samping sehingga memberikan kesejukan. Kulitnya digunakan untuk bahan baku obat. berkhasiat untuk mengobati penyakit radang tenggorokan dan lain-lain.

Sumber: http://www.riyawan.com/2014/07/alstoniae-cortex.html
Konten ini adalah milik dan hak cipta riyawan.com, harap mencantumkan link sumber jika ingin mengcopy atau menyebarluaskan
  • Tinospora caulis
 Bratawali, brotowali, atau akar aliali (Tinospora crispa (L.) Miers ex Hoff.f.; juga T. cordifolia (Thunb.) Miers dan T. rumphii Boerl.) adalah tanaman obat tradisional Indonesia yang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar di hutan. Rebusan batangnya yang terasa sangat pahit biasa dijadikan obat rematik, mengurangi gula darah, menurunkan panas, dan membantu mengurangi gejala kencing manis. Di Indonesia, selain dikenal dengan nama bratawali, tanaman ini juga dikenal dengan nama daerah andawali, antawali, putrawali atau daun gadel. Klasifikasi dari tanaman ini termasuk kedalam famili tanaman Menispermaceae. Tanaman ini kaya kandungan kimia antara lain alkaloid (berberina dan kolumbina yang terkandung di akar dan batang, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, hars, berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin)

Karakteristik Bratawali menyukai tempat panas, berupa perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat yang rasanya pahit, seperti sirih. Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak bundar seperti telur dengan ujung lancip, panjang 7-12 cm, lebar 5-10 cm, bunga kecil, berwarna hijau muda. Selain itu, Bratawali juga dapat diperbanyak dengan stek

Tanaman Bratawali merupakan tanaman obat yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang memiliki banyak manfaat dalam kesehatan terutama dalam penyembuhan berbagai penyakit dalam maupun luar. Pemanfaatan dari tanaman Bratawali ini banyak terdapat pada bagian batang tanaman. Biasanya bagian batang tanaman perlu direbus dahulu kemudian air rebusan batang bratawali dipakai untuk mencuci luka. Kulit-batangnya mengandung zat-zat seperti alkaloid dan damar lunak berwarna kuning sedang akarnya mengandung zat berberin dan kolumbin. Kandungan alkaloid berberina berguna untuk membunuh bakteri pada luka. Zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas. Selain sebagai obat, bratawali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula dalam darah, sebagaimana penemuan pada abad ke-20. Sebagai obat, bratawali biasa direbus dan diminum ataupun dioleskan pada kulit untuk luka luar. Penyakit-penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan bratawali ialah rheumatic arthritis, rheumatik sendi, demam, demam kuning, kencing manis, malaria, diabetes, serta penyakit luar seperti memar, kudis, dan luka. 

Di Indo-Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dari bratawali dipakai sebagai obat demam yang dapat menggantikan kinine. Di Filipina, bratawali dianggap sebagai obat serba bisa yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit gila, dan berkhasiat seperti kina. Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang. Sedangkan, di Jawa, air rebusannya dapat digunakan untuk mengobati demam,obat luar untuk luka, dan gatal-gatal. Pada beberapa penyelidikan, ternyata air rebusan batang bratawali dapat memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis).
  • Andrographidis herba
Andrographis Centella ini adalah obat antibiotik yang di buat oleh bahan-bahan alami, yang sangat teruji klinis, dan sangat hegienis pembuatannya, dan tidak di campur oleh bahan-bahan kimia lainnya, sangat bagus untuk menjaga imunitas/kekebalan terhada penyakit, dan sebaiknya di gunakan berdasarkan petunjuk atau aturan pemakaiannya, dan sebaiknya anda konsultasikan terlebih dahlu oleh Dokter atau Herbalis yang sudah berpengalaman, jika pemakaian secara berlebihan maka hasilnyapun tidak akan baik.
  • Orthosiphonis folium
Nama Simplisia : Orthosiphonis Folium
Nama lain : Daun Kumis Kucing / Remujung / Java Tea
Nama Tanaman asal : Orthosiphon aristatus, Orthosiphon grandiflorus, Orthosiphon stamineus
Keluarga : Lamiaceae
Isi : garam kalium, glukosida Orthosiphon, minyak atsiri, saponin
kegunaan : Diuretika
  • Blumeae Folium

Suku    : Astaraceae (Compositae)
Nama Simplisia : Blumeae Folium (daun sembung).
Deskripsi
Tumbuhan asal Nepal ini hidup di tempat terbuka sampai agak terlindung di tepi sungai dan tanah pertanian. Dapat tumbuh di tanah berpasir atau tanah yang agak basah pada ketinggian sampai 2.200 m dpl.
Perdu, tumbuh tegak, tinggi mencapai 4 m, percabangan pada ujungnya, berambut halus, bagian-bagian dari tumbuhan ini bila diremas berbau kamfer. Daun tunggal, di bagian bawah bertangkai, bagian atas merupakan daun duduk, letak berseling, terdapat 2-3 daun tambahan pada tangkai daunnya. Helaian daun bundar telur sampai lonjong, pangkal dan ujung runcing, tepi bergerigi atau bergigi, permukaan atas berambut agak kasar, permukaan bawah berambut rapat dan halus seperti beludu, pertulangan menyirip, panjang 8-40 cm, lebar 2-20 cm. Perbungaan majemuk bentuk malai, keluar di ujung tangkai, warnanya kuning. Buah kotak bentuk silindris, beriga 8-10, panjang 1 mm, berambut. Perbanyakan dengan biji atau pemisahan tunas akar.
Sifat dan Khasiat
Sembung bersifat pedas, sedikit pahit, hangat, dan baunya seperti rempah. Berkhasiat sebagai anti bakteri, melancarkan peredaran darah, menghilangkan bekuan darah dan pembengkakan, peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh dahak (ekspektoran), astringen, tonikum, dan obat batuk.
Kandungan Kimia
Sembung ini mengandung minyak asiri (ngai kamfer), zat bergetah (kapur barus) dan borneol, yang juga mengandung sineol, limonene, asam palmitin dan myristin, alcohol sesquiterpen, dimetileter khlorasetofenon, tannin, pirokatechin, dan glikosida. Sedangkan ekstrak borneol di dapat dari daun segar.
Bagian yang digunakan
Daun dan akar muda dari tumbuhan yang belum berbunga, segar atau yang telah dikeringkan.
Indikasi
  • Daun berkhasiat mengatasi :
ü      Rematik sendi, persendian sakit setelah melahirkan,
ü      Nyeri haid, dating haid tidak teratur,
ü      Influenza, demam, sesak nafas (asma), batuk, bronchitis,
ü      Perut kembung, diare, perut mulas,
ü      Sariawan,
ü      Nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah koroner (angina) pectoris), dan
ü      Kencing manis (diabetes mellitus).
  • Akar muda berkhasiat mengatasi :
ü      Darah haid berlebihan (menoragia),
ü      Kurang nafsu makan,
ü      Sakit perut, diare, cacingan, dan
ü      Rematik sendi.
Cara pemakaian
Daun kering sebanyak 9-18 g atau daun segar sebanyak 15-30 g direbus, minum. Untuk pemakaian luar, daun segar direbus dan airnya dipakai untuk cuci atau daun segar digiling halus untuk pengobatan wasir, memar, bisul, radang kulit bernanah, dan gatal-gatal pada kulit.
Efek Farmakologis dan Hasil penelitian
  1. Pemberian infuse daun sembung 10% dengan takaran 5 mg/kg bb pada kelinci, setelah 1 jam terjadi penurunan kadar gula daraah. Pembanding digunakan tolbutamid.
  2. Pemberian infuse 10% dan 20% daun sembung segar dengan dosis 11 ml/kg bb yang diberikan padaa burung merpati jantan yang telah didemamkan, menunjukkan efek antipiretik dengan mula kerja yang lebih cepat dan lama kerja yang lebih pendek dari pembanding parasetamol dosis 300 mg/kg bb.
  • Phaleria macrocarpa fructus
Tanaman Menggunakan Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa)

Sinonim:
P. papuana Warb. var. Wichnannii (Val.) Kembali.

Familia:
Thymelaeaceae

Keterangan:
Mahkota dewa dapat ditemukan ditanam di kebun sebagai tanaman hias di kebun atau sebagai tanaman peneduh. Awalnya mahkota tanaman masih dewa diketahui. Menelusuri nama botani Phaleria papuana, banyak orang yang memprediksi tanaman ini populasi aslinya dari Papua, Irian Jaya. Ada memang bisa ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur dan subur pada ketinggian 10-1200 m dpl. Ini semak kronis tumbuh tegak dengan 1 sampai 2,5 m. putaran tinggi Batang, permukaan kasar, warna coklat, kayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal, terletak di seberang, bertangkai pendek, lanset atau bentuk elips, ujung dan lonjong dasar, tepi rata, pertulangan menyirip, halus, warna hijau tua, panjang 70-10 cm, 2-5 cm lebar. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya tersebar di batang atau ketiak, bentuk tabung, kecil, putih, dan harum. Bulat buah, 3-5 cm diameter, halus, beralur, ketika warna hijau dan merah muda setelah memasak. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Biji bulat, keras, coklat. Berakar pelana dan coklat keemasan. Perbanyakan dengan okulasi dan bibit.

Nama lokal:
NAMA simalakama (Melayu), makutadewa, Makuto MEWO, Makuto queen, Makuto Rojo (Jawa). NAMA ASING - NAMA simplisia Phaleriae Fructus (buah mahkota dewa).


Penyakit Yang Dapat Diobati:
SIFAT DAN KHASIAT buah berkhasiat menghilangkan gatal (antipruritus) dan antikanker. Benih berracun. Efek farmakologis DAN PENELITIAN HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaktivitas ekstrak buah dengan metode BSLT mahkota dewa diikuti oleh tes skrining anti-kanker in vitro terhadap sel leukemia 1210, menunjukkan toksisitas yang sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker. Identifikasi senyawa kimia aktif dalam ekstrak buah mahkota dewa senyawa lignan yang diperoleh termasuk dalam kelompok dan senyawa polifenol syringaresinol (Dra Vivi Lisdawati MSi., Apt., Tesis, S-2 di UL Suara Sains Update, Rabu, 9 April 2003).

Pemanfaatan:
BAGIAN YANG DIGUNAKAN Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah daun, daging buah dan kulit. Daun dan kulit buah bisa digunakan segar atau kering, sementara buah digunakan setelah dikeringkan. INDIKASI kulit dan pulp digunakan untuk: - disentri, - psoriasis, dan jerawat. Daun dan biji digunakan untuk pengobatan: - penyakit kulit, seperti ekzim dan gatal-gatal. CARA PAKAI ada dosis efektif yang dikenal aman dan menguntungkan. Untuk obat yang diminum, gunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit serius, seperti kanker dan psoriasis, dosis harus lebih besar kadang-kadang digunakan untuk perbaikan manfaat. Perhatikan efek samping yang mungkin timbul. CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT Disentri dewa mahkota Rebus kulit kering (15 g) dengan dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Setelah dingin, saring clan air minum juga. Lakukan 2-3 kali sehari. Psoriasis Berpisah mahkota dewa buah segar (tiga buah), bijinya dibuang, lalu iris tipis-tipis dan jemur sampai kering. Rebus lampu ini dengan satu liter air dengan api besar. Setelah mendidih, kecilkan api dan didihkan hingga air tersisa seperempat. Setelah dingin, saring dan minum air dua kali sehari, masing-masing setengah. Jika gejala keracunan, menurunkan dosis atau menghentikan penggunaan. Eksim, gatal-gatal corolla dewa Cuci segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tempelkan pada bagian yang sakit, dan berpakaian. Ganti 2-3 kali sehari. Catatan: Penggunaan tanaman obat harus berdasarkan asas manfaat dan keamanan. Jika bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit, tetapi tidak aman karena beracun, harus dipertimbangkan kemungkinan keracunan akut dan kronis keracunan dapat terjadi. Bagian buah, terutama biji berracun. Jika buah segar dimakan langsung, bisa menyebabkan bengkak di mulut, sariawan, mabuk, kejang, tidak sadar. Menggunakan dosis berlebihan dalam waktu lama bisa menimbulkan efek samping, seperti sakit kepala kronis. Wanita hamil dilarang mengambil ramuan ini.